25 Agustus, 2009

Ku panjatkan doa kepadamu Ya Allah...

Jakarta, 25 Agustus'09

Malam ke 4 di bulan yang suci, Ya...Ramadhan

Di keheningan malam ini, aku memohon padamu ya allah...

Hapuskan kegelisahan, kedukaan dan air mata yang ada dari bagian sketsa hidup ku di dunia ini.
Tetesan air mata ku yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan di diriku.
Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dadaku.
Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa ku berada.
Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.
Keinginan ku bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah?
Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan.
Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin sekali menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian.
Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.
Ya Allah... Betapa mulianya kedudukan ku sebagai seorang wanita, apalagi bila aku mampu menjadi seorang wanita yang beriman, yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumah tanggaku nantinya
Ya Allah... aku yakin engkau telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah.
Karenanya, yakinkah batin ini untuk tidak tergoresan saat melihat pernikahan wanita lain?
Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa ku tahu dan ku sadari, adakah belahan jiwa yang menunggu ku di sana.

Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat.
Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja.
Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya Allah akan dipertemukan di akhirat sana (doa yang ku panjatkan), tetapi selama aku beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan diriku sebagai lajang di dunia fana ini.
Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawa diri ku ke istananya.
Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta.
Kalaulah rasa itu selalu menghantui, berusah untuk tidak bersedih.
Selalu berusaha untuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya kucurahkan kepada Sang Pemilik Hati.
Berusaha untuk tidak membandingkan diri ku ini dengan wanita lain, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski aku sendiri tidak menyadarinya.

Berusaha untuk membuat diriku tuk tidak bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa.
Menangis karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam.
Jadikan hidup aku ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa.
Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tausyiah selalu hati ku dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.
Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.
Sabar... sabar...sabar... Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya.
Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang.
Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan.
Tebar senyuman, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.
Ingin sekali ku hapus air mata di pipi dan hilangkan lara di hati.
Mencoba menerima semuanya ini sebagai bagian dari perjalanan hidup ku.
Dengan kebesaran hati dan jiwa, diriku akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah ku jalani.
Hingga, kelak akan aku rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.

Semoga Allah mendengar doa-doaku ini.

Wallahu a'lam bi shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar